Rabu, 26 November 2025

Tugas Terintegrasi 05

Analisis Siklus Hidup Produk: Botol Minum Plastik Sekali Pakai

1. Diagram Siklus Hidup Produk (Life Cycle Diagram)

Produk yang dianalisis adalah Botol Minum Plastik Sekali Pakai (Air Mineral Kemasan).

Diagram ini menggambarkan alur dari tahap awal hingga akhir:

(a) Ekstraksi Bahan Baku - (b) Produksi - (c) Distribusi - (d) Konsumsi - (e) Pengelolaan Limbah

Batas Sistem (System Boundary)

Analisis ini menggunakan batas sistem Cradle-to-Grave (Dari Buaian hingga Kuburan).

  • Tercakup: Ekstraksi bahan baku fosil, pengolahan menjadi resin PET, pembuatan botol, proses bottling, semua aktivitas transportasi antar-tahap (termasuk penggunaan energi), dan skenario akhir (Daur Ulang dan Pembuangan ke TPA).
  • Tidak Tercakup: Konstruksi dan pemeliharaan infrastruktur pabrik, pembuatan mesin produksi, dan kegiatan non-terkait langsung seperti pemasaran.

Asumsi Utama

  1. Masa Pakai Produk: Sangat singkat (sekali pakai).
  2. Jenis Bahan: Botol 100% virgin PET (non-daur ulang), tutup HDPE, dan label PP.
  3. Skenario Disposal (Pengelolaan Akhir): 70% berakhir di TPA/mencemari lingkungan, dan 30% didaur ulang.
  4. Sumber Energi: Dominan berasal dari bahan bakar fosil.

2. Proses Utama dan Dampak Lingkungan di Setiap Tahap

Berikut adalah rincian proses utama dan identifikasi potensi dampak lingkungan untuk setiap tahapan siklus hidup produk:

(a) Ekstraksi Bahan Baku (Raw Material Acquisition) 🏭

  • Proses Utama: Penambangan, pengeboran minyak bumi/gas alam, serta pemurnian dan cracking hidrokarbon menjadi feedstock kimia (paraksilen) untuk PET.
  • Dampak Lingkungan Potensial: Penipisan sumber daya alam non-terbarukan, emisi CO_2 dan CH_4 dari pengeboran, serta polusi air/tanah di lokasi ekstraksi.

(b) Produksi (Manufacturing) 💡

  • Proses Utama: Polimerisasi resin PET, pencetakan preform, peniupan (blow molding), sterilisasi, pengisian (bottling) air, pelabelan, dan pengemasan sekunder.
  • Dampak Lingkungan Potensial: Konsumsi energi tinggi yang menghasilkan emisi karbon signifikan, penggunaan air yang masif (lebih dari air yang dikemas), dan limbah proses.

(c) Distribusi (Distribution) 🚚

  • Proses Utama: Pengangkutan botol berisi air dari pabrik ke pusat distribusi hingga pengecer menggunakan truk/kapal.
  • Dampak Lingkungan Potensial: Emisi gas rumah kaca (terutama CO_2) dan polutan udara dari pembakaran bahan bakar fosil transportasi, diperburuk oleh bobot produk (air).

(d) Konsumsi (Use) 💧

  • Proses Utama: Pembelian, penggunaan, dan pengosongan botol oleh konsumen.
  • Dampak Lingkungan Potensial: Dampak langsung rendah, namun tindakan konsumen dalam pengelolaan limbah menentukan tingkat dampak di tahap akhir.

(e) Pengelolaan Limbah (End-of-Life) ♻️

  • Proses Utama: Pengumpulan, pembuangan ke TPA (Landfilling), atau proses Daur Ulang (Recycling) (pemilahan, pencucian, pelelehan, dan pembentukan rPET).
  • Dampak Lingkungan Potensial: Polusi Plastik Jangka Panjang (mikroplastik) dari botol yang mencemari ekosistem, emisi Metana dari TPA, dan kebutuhan energi tambahan untuk proses daur ulang.

3. Narasi Analisis 

Alasan Pemilihan Produk dan Relevansi terhadap Isu Keberlanjutan

Saya memilih Botol Minum Plastik Sekali Pakai karena produk ini adalah kontributor utama krisis polusi plastik global dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Produk ini melambangkan model konsumsi linear (take-make-dispose) yang bertentangan dengan prinsip keberlanjutan. Relevansinya sangat tinggi di Indonesia, di mana produk ini dikonsumsi secara masif sementara infrastruktur pengelolaan sampah, khususnya daur ulang, masih belum efisien. Keberadaannya secara langsung berkontribusi pada perubahan iklim (emisi karbon), penipisan sumber daya alam (minyak bumi), dan pencemaran ekosistem (limbah plastik di lautan).

Penjelasan Batas Sistem yang Digunakan

Analisis ini mengadopsi pendekatan Cradle-to-Grave untuk memastikan cakupan dampak yang komprehensif. Batas sistem mencakup semua tahap, mulai dari ekstraksi minyak bumi hingga botol berakhir di TPA atau didaur ulang. Keputusan untuk menyertakan semua aktivitas transportasi antar-tahap (sebagai Scope 3 Emissions) adalah krusial karena bobot produk yang diangkut (plastik + air) meningkatkan jejak karbon distribusi. Dengan batas ini, kita dapat mengidentifikasi hotspot dampak, yang terbukti tidak hanya terjadi pada tahap akhir (End-of-Life) tetapi juga di tahap awal (Ekstraksi dan Produksi) yang sarat energi.

Identifikasi Potensi Dampak Lingkungan di Setiap Tahap Siklus Hidup

Dampak lingkungan tersebar di seluruh siklus hidup. Tahap Ekstraksi Bahan Baku menimbulkan dampak berupa penipisan sumber daya minyak bumi dan emisi CO_2 awal. Dampak tertinggi berikutnya terjadi pada tahap Produksi, di mana konsumsi energi tinggi untuk memproses PET menjadi kontributor utama emisi karbon dan penggunaan air bersih yang sangat besar. Pada tahap Distribusi, botol berisi air meningkatkan bobot kargo, menghasilkan emisi gas rumah kaca signifikan dari transportasi logistik.

Namun, dampak paling kritis dan jangka panjang terlihat pada tahap Pengelolaan Limbah. Berdasarkan asumsi, mayoritas botol yang tidak didaur ulang menimbulkan masalah limbah plastik yang mencemari ekosistem darat dan laut, terurai menjadi mikroplastik yang persisten. Botol yang berakhir di TPA juga berkontribusi pada emisi metana dari sampah organik yang bercampur.

Refleksi Awal tentang Desain Ulang Produk

Untuk mengurangi dampak lingkungan produk ini, fokus harus diarahkan pada perubahan desain fundamental:

  • Pengurangan Ketergantungan Bahan Fosil: Perusahaan harus bertransisi ke penggunaan rPET (Recycled PET) hingga 100% untuk mengurangi dampak di tahap Ekstraksi dan Produksi.
  • Desain Lightweighting: Mengurangi ketebalan (gramasi) botol plastik untuk meminimalkan kebutuhan material dan secara tidak langsung mengurangi beban dan emisi transportasi.
  • Mendorong Sirkularitas: Desain botol harus distandarisasi (misalnya, hanya warna bening) dan menggunakan label yang mudah dilepas (single polymer) agar proses daur ulang menjadi lebih efisien dan bernilai tinggi.

Pada skala yang lebih luas, solusi terbaik adalah beralih dari model sekali pakai ke sistem penggunaan ulang (reusable) atau pengisian ulang (refill) untuk menghilangkan masalah limbah di tahap akhir secara total.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Mandiri 09

LAPORAN ANALISIS PRODUK BERDASARKAN PRINSIP DESIGN FOR ENVIRONMENT (DfE) Nama: Muhammad Adjie Nugroho NIM: 41624010020 Mata Kuliah: Ekologi ...